h1

Pantai Lombang Madura, Keindahan yang Terlupakan

May 7, 2013

Hujan deras tak menyurutkan niat saya sore itu. Janji sudah dibuat, dan rasanya hujan bukanlah alasan yang tepat untuk mengingkari sebuah janji. Sebelumnya kami sudah merencanakan untuk touring ke Pantai Lombang, sebuah pantai yang terletak di ujung timur Pulau Madura. Tepatnya berada di desa Lombang, kecamatan Batang-Batang, Kab. Sumenep. Lokasinya sekitar 25 km dari kota Sumenep.

Kami sepakat berkumpul di sebuah Base Camp di sekitaran Krian, Sidoarjo. Sambil menunggu rekan-rekan lain yang berdomisili di daerah Mojokerto hingga Jombang.

Pukul 2 siang saya berangkat dari Malang, menuju Base Camp Krian. Sendiri, hanya ditemani motor kesayangan dan hujan deras sepanjang perjalanan. Perlu waktu hampir dua jam untuk tiba di Base Camp, setelah berkutat dengan macet yang cukup parah. Untung masih ada cukup waktu untuk istirahat sejenak dan menyiapkan perlengkapan. Karena kami berencana berkumpul bersama jam 9 malam.

1367966904937987487

Parkir dulu sebelum briefing (dok.pribadi)

Sesuai kesepakatan, pukul 21.00 rekan-rekan touringer sudah berkumpul. Seperti biasa, sebelum berangkat kami melakukan briefing sejenak, juga checking kondisi kendaraan dan tak lupa berdoa bersama. Dan Bismillah, kami mulai perjalanan malam itu.

Sedikit gerimis masih mengiringi awal-awal perjalanan kami. Sebelum akhirnya hujan benar-benar reda saat kami memasuki kota Surabaya. Sempat berhenti sejenak untuk mengisi perut di sebuah warung di sekitaran Stasiun Wonokromo perjalananpun dilanjutkan. Tepat tengah malam kami meninggalkan Pulau Jawa, melewati si jembatan indah Suramadu dengan kelap-kelip lampunya di malam hari yang cukup memesona. Sayang  kendaraan tak diperbolehkan berhenti di sana. Apa boleh buat, momen di jembatan Suramadu pun tak terabadikan.

Memasuki kota Bangkalan, kami disambut oleh jalan raya yang mulus dan lebar. Cukup membuat nyaman berkendara, apalagi jarang ada kendaraan lain yang melintas. Jadilah kami seperti pemilik jalan di Madura saat itu. He.he.. Satu hal yang mungkin kurang adalah minimnya lampu penerangan jalan di sana.

Namun, kondisi fisik memang tak bisa dibohongi. Beberapa kali kami harus istirahat di pinggir jalan. Mencari SPBU yang ada untuk sejenak istirahat dengan membaringkan tubuh dan memejamkan mata sesaat. Berkendara jarak jauh seperti ini yang menjadi musuh utama tentu saja rasa kantuk. Apalagi di sekitaran jam 2-3 pagi. Saat itu  sepertinya mata memang susah diajak kompromi.

But, Touring must go on.

Dengan mata yang cukup berat kami lanjutkan perjalanan. Rasanya Pantai Lombang sudah memanggil-manggil di depan sana.

Dan akhirnya sekitar pukul 5 pagi kami berhasil menginjakkan kaki di Pantai Lombang. Cukup beruntung sebenarnya kami masih bisa mengabadikan sunrise di Pantai yang terletak di ujung timur Pulau Madura ini. Karena sebelumnya kami sempat nyasar. Niatnya sih ingin mengambil jalan pintas melewati jalan yang agak kecil. Ehh, malah jadinya kesasar ke mana-mana. Dan ujungnya tidak semakin dekat, malah semakin jauuuh, ditambah beberapa kali harus melewati jalan-jalan setapak yang terjal berbatu tanpa aspal ditengah hutan lagi. Hadeeeh… Untungnya kami bisa kembali ke jalan yang benar setelah beberapa kali bertanya pada warga setempat.

1367967192778214652

Seorang rekan saat sampai di Pantai Lombang(dok.pribadi)

1367967387660759120

Beberapa Fotografer megabadikan momen sunrise di pantai(dok.pribadi)

Pantai Lombang dan Pohon Cemara Udang

Salah satu yang membuat pantai ini berbeda adalah karena banyaknya pohon cemara udang di sini. Salah satu jenis pohon cemara yang jarang ditemui di daerah lain. Konon katanya sih, pohon-pohon itu dulu tumbuh dibawa oleh orang-orang China yang  melakukan ekspedisi besar-basaran ke kawasan Nusantara pada abad ke-15. Saat itu kapal-kapal yang ditumpangi prajurit-prajurit China tersebut mengalami musibah terkena angina topan. Sebagian besar kapal tersebut tenggelam, dan sebagian lagi hancur dan terdampar di Pulau Jawa & Madura.

Nah, diperkirakan pohon tersebut berasal dari sisa-sisa bawaan prajurit negeri Tiongkok yang terdampar di Sumenep.

13679675571997115150

Pohon cemara udang tumbuh subur di sepanjang pantai (dok.pribadi)

Kondisi Pantai dan Fasilitas

Ini yang saya sebutkan sesuai judul tulisan. Sungguh disayangkan sebenarnya, kondisi pantai ini terkesan kurang terawat. Cukup banyak sampah berserakan. Begitu juga dengan gasebo yang banyak dibangun di pinggir pantai, kondisinya sudah banyak yang rusak dan banyak coretan di sana-sini. Musholanya juga tak jauh berbeda, air untuk wudhu tidak mengalir, kebersihannya pun juga kurang diperhatikan. Entah karena memang tak ada petugas yang diberi kewajiban merawat fasilitas di sana atau ada alasan lain saya tak tahu.

Padahal menurut saya sih, pantai ini punya potensi yang sangat bagus untuk menjadi primadona wisata di Madura.

13679677162090980962

Kondisi gasebo banyak yang rusak, dan kurang terawat…(dok.pribadi)

Tapi tak apalah, kami tetap bisa menikmati keindahan pantai ini. Laut yang dangkal serta ombak yang cukup tenang tak kami sia-siakan. Kami bisa berenang sepuasnya hingga jarak yang cukup jauh dari pantai.

Sebagian lagi memilih tidur, mengganti tidur yang tadi malam dihutang.

13679678922043432384

Recharge energi dengan tiduuurr..(dok.pribadi)

Pukul 12 siang, kami sudah mempersiapkan diri untuk pulang. Hanya sekitar 6 jam kami menikmati pesona Pantai Lombang. Tak terasa memang, padahal capeknya perjalanan tadi saja belum hilang.

1367968058103289451

Seorang nelayan yang bersiap mencari rezeki pagi itu…(dok.pribadi)

Namun karena mempertimbangkan esok hari harus kembali bekerja, mau tak mau kami harus segera pulang. Perjalanan pulang kami disambut hujan deras sejak keluar pantai hingga kota Sumenep. Begitu juga sesaat sebelum mencapai Suramadu, hujan deras dan petir menemani perjalanan. Anehnya ada sensasi tersendiri saat berada dalam kondisi tersebut. Di jalan yang petang, hujan deras dan petir yang menyambar-nyambar. Sensasinya luar biasa menurut saya, membuat kami semakin mengagumi kuasa Ilahi.

Malam itu kami berpisah di Surabaya. Setelah kembali menikmati makan malam di daerah Wonokromo. Sebagian mengambil arah Sidoarjo, sementara sebagian yang lain ke arah Mojokerto. Dan saya, kembali harus menikmati perjalanan sendiri untuk kembali ke kota Malang.

Alhamdulilah, pukul 22.00 saya sampai di kamar kost. Dengan kondisi badan yang capek luar biasa. Namun, selain itu ada rasa puas yang saya dapatkan.  Ada rasa kebersamaan dan saling berbagi yang baru saja kami rasakan bersama. Orang bilang pengalaman itu tak bisa dibeli dengan uang. Setelah perjalanan tadi, saya mulai memahami makna  tersebut.

Finally,

Nusantara ini begitu luas, menunggu untuk kau jelajahi. Temukan keindahan Bumi Pertiwi di setiap jengkal tanah dan lautannya. Dan di sana kau akan temukan ke Maha Besar-an Sang Pencipta.


Kompasiana